Siap-siap ala Gerindra…

Sabtu, 20 Juli 2019 | 06:15 WIB
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto makan siang bersama di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2019). Kedua kontestan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 lalu ini bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus dan selanjutnya naik MRT dan diakhiri dengan makan siang bersama.

BOGOR, KOMPAS.com – Mayoritas kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ingin partainya berada di barisan oposisi usai Pemilu 2019. Hanya sebagian kecil yang mendorong Gerindra bergabung ke koalisi partai politik pendukung pemerintah.

Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Andre Rosiade, Rabu (17/7/2019) kemarin.

Namun berselang dua hari, Jumat (19/7/2019), ketua partai Prabowo Subianto mengumpulkan seluruh dewan pembina di kediamannya, Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Para elite menyiapkan strategi skenario untuk bekerja sama dengan pemerintah baru, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, rapat menghasilkan konsep program yang akan ditawarkan kepada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Bahkan, partainya juga akan menyiapkan kadernya untuk menjalankan konsep program itu apabila Jokowi-Ma'ruf menerima konsep program tersebut.

"Konsep kemandirian pangan, ketahanan energi. Pokoknya itu jadikan satu konsep. Kalau konsep mandiri-mandiri itu kemudian diterima (Jokowi-Ma'ruf), lalu kan nanti akan dihitung bidangnya berapa, orangnya berapa, kan begitu," ujar Dasco ketika dihubungi, Jumat, usai pertemuan.

Baca juga: Sodorkan Program Ini ke Jokowi, Prabowo Pilih Oposisi jika Ditolak

Namun entah bagaimana logika yang hendak dibangun, Dasco menampik tawaran partainya itu diartikan sebagai bentuk meminta-minta jabatan.

Hal yang pasti, apabila pemerintahan baru menerima konsep program tersebut, maka Gerindra dipastikan akan bekerja sama dengan pemerintah. Sebaliknya apabila tidak, maka Gerindra akan tetap berada di barisan oposisi.

"Ya kalau ke dalam (pemerintahan) itu tidak langsung bagi-bagi kursi, tetapi tukar-menukar konsep. Kalau konsep kami diterima, artinya kan baru ketahuan berapa jumlah orang yang diperlukan untuk menjalankan konsep tersebut," kata Dasco. 

"Kalau itu semua diakomodasi, artinya  (Gerindra) di dalam (koalisi pendukung pemerintah). Kalaupun di luar, ya dengan kritik membangun," lanjut dia.

Menangkap Sinyal Jokowi

Wakil Ketua Umum Gerindra lainnya, Ferry Juliantono menambahkan, Presiden Jokowi sebenarnya sudah memberikan sinyal agar Gerindra bergabung ke koalisi parpol pendukung pemerintah.

Sinyal itu ditangkap saat Jokowi menyampaikan pidato sebagai presiden terpilih dengan tajuk “Visi Indonesia” di Sentul International Convention Center (SICC), Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (14/7/2019) lalu.

"(Pidato itu) bukan tawaran, tapi sinyal. Sinyal bahwa sebagai presiden terpilih, beliau mengambil inisiatif mengajak, merangkul. Bukan hanya Partai Gerindra, tapi juga pihak-pihak yang diharapkan bisa membantu pemerintahan ke depan," ujar Ferry yang dijumpai di kediaman Prabowo, Jumat.

Dalam pidatonya, Jokowi menyebut lima tahapan besar yang akan dilakukannya bersama wakil presiden terpilih Ma'ruf Amin untuk membuat Indonesia lebih produktif, memiliki daya saing, dan fleksibilitas tinggi dalam menghadapi perubahan di dunia.

Kelima tahapan besar itu, yakni pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, membuka investasi seluas-luasnya, reformasi birokrasi serta penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran.

Baca juga: INFOGRAFIK: 5 Poin Pidato Visi Indonesia Jokowi

Ferry melanjutkan, dalam video tersebut Presiden Jokowi merasa perlu ada kebersamaan dalam menghadapi tantangan, terutama di bidang ekonomi.

Tanpa sungkan, Ferry pun menegaskan, Prabowo memiliki kepentingan untuk membantu memperbaiki perekonomian masyarakat.

“Dan kalau sudah bicara ekonomi rakyat, saya rasa Pak Prabowo, Partai Gerindra, berkepentingan untuk membantu, memperbaiki, menjadikan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik," kata Ferry. 

Maka, tawaran konsep program tepat menjadi pembuka jalan baru Gerindra masuk ke gerbang koalisi pendukung pemerintah. 

Meski demikian, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani menegaskan, Prabowo sendirilah yang menjadi penentu arah politik partainya lima tahun ke depan. Seluruh kader akan mematuhi apapun yang diputuskan mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut.

Artinya, bergabung atau tidaknya Gerindra ke koalisi parpol pendukung pemerintah, bukan hanya bergantung pada apakah pemerintahan baru menerima konsep programnya atau tidak. Tapi juga faktor sosok Prabowo sebagai penentu.

"Di dalam atau luar pemerintahan, prinsip itu akan kami pegang. Menegakkan kemakmuran dan keadilan adalah keluhuran cita-cita perjuangan kami," ujar Muzani.

Dahaga Gerindra

Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio membaca gelagat Gerindra ini sebagai persiapan untuk bergabung ke koalisi pendukung pemerintah.

Gelagat ini dinilainya sudah dapat dibaca sejak Prabowo membubarkan Koalisi Indonesia Adil dan Makmur yang mendukungnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pembubaran itu dilakukan usai MK menolak seluruh permohonannya di dalam siding perselisihan hasil Pemilu.

“Jadi,15 tahun menjadi oposisi itu memang tidaklah mudah,” ujar Hendri yang dijumpai di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Sejak didirikan tahun 2008, Gerindra memang belum pernah sekalipun mencicipi kekuasaan. Dalam Pemilu 2009, Gerindra berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Prabowo pun disandingkan sebagai calon wakil presiden dengan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presidennya.

Pasangan Mega-Pro dan satu pasangan lain, Jusuf Kalla-Wiranto, kandas oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai petahana yang menggandeng mantan Gubernur Bank Indonesia, Boediono.

Setelah itu, Gerindra menempatkan dirinya sebagai oposisi hingga Pemilu 2014 dan berlanjut ke usai Pemilu 2019 berakhir.

“Dengan begitu, pasti ada kader atau simpatisan Gerindra yang dahaga (ingin menjadi bagian dari kekuasaan),” ujar Hendri.

Baca juga: Gabung ke Koalisi Jokowi atau Oposisi, Gerindra Tunggu Rakernas

Bahkan, meskipun rasa haus akan kuasa itu muncul dari kelompok minoritas di Gerindra, tapi itu tetap bisa terwujud jika mereka memiliki posisi strategis di partai. 

Apabila Gerindra betul-betul akan bergabung ke koalisi pendukung pemerintah, Hendri pun memprediksi tinggal satu partai politik lagi yang akan bertahan sebagai oposisi, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Sejarahnya, PKS itu kalau ada di luar pemerintahan, elektabilitasnya justru naik. Kalau dia di posisi oposisi, elektabilitasnya pasti naik," kata Hendri. 

Pasalnya, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat diprediksi juga akan bergabung ke koalisi pendukung pemerintah. 

 

Kompas TV Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menggelar pertemuan tertutup dengan seluruh anggota dewan pembina Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Rapat itu dihadiri sekitar 65 hingga 70 anggota dewan pembina Partai Gerindra. Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan anggota dewan pembina menyerahkan seluruh mandat kepada Prabowo Subianto untuk menentukan sikap politik partai selama 5 tahun ke depan. Sebelumnya Prabowo Subianto sudah bertemu dengan Presiden Joko Widodo Sabtu 13 Juli lalu. Saat itu Prabowo menyatakan kesiapannya untuk membantu kinerja Jokowi sekali pun dalam bentuk kritikan. Pasca pertemuan itu Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono sepakat dengan wacana pertemuan lanjutan antara kedua tokoh itu. Menurut Ferry pertemuan pertama antara Jokowi dan Prabowo belum membahas yang bersifat program. Sementara itu Ketua DPP Partai Gerindra, Sodik Mudjahid menegaskan pihaknya akan tetap berada di luar koalisi pemerintah. Menurutnya Gerindra dan partai pendukung Prabowo lainnya bisa tetap bekerja sama dengan pemerintah meski berada di luar kabinet. Sebelumnya Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais berharap parpol yang pernah mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019 mengambil sikap oposisi di parlemen. Menurutnya rekonsiliasi tidak berarti harus bagi-bagi kursi menteri. Pilihan menjadi oposisi atau berkoalisi dengan pemerintah ada di tangan masing-masing parpol. Namun menjaga keutuhan bangsa tetap harus menjadi agenda utama semua pihak. Kemana Partai Gerindra akhirnya akan memutuskan arah politiknya lima tahun ke depan? Untuk membahasnya sudah hadir Juru Bicara Partai Gerindra, Kawendra Lukistian. Kemudian ada juru bicara Persaudaraan Alumni 212, Novel Bamukmin. Serta pengamat politik UI, Chusnul Mariyah. Dan melalui sambungan satelit sudah terhubung dengan anggota Dewan Kehormatan PAN, Drajad Wibowo. #Gerindra #Oposisi #Koalisi



Agenda Pemilu 2019

  • 20 September 2018

    Penetapan dan pengumuman pasangan calon presiden-wakil presiden

  • 21 September 2018

    Penetapan nomor urut pasangan calon presiden-wakil presiden

  • 21-23 September 2018

    Pengumuman Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPD, DPR, dan DPRD provinsi

  • 24 September-5 Oktober 2018

    Penyelesaian sengketa dan putusan

  • 8-12 Oktober 2018

    Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negara

  • 23 September 2018-13 April 2019

    Kampanye pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga

  • 24 Maret 2019-13 April 2019

    Kampanye rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik

  • 28 Agustus 2018-17 April 2019

    Pengumuman Daftar Pemilih Tetap (DPT)

  • 14-16 April 2019

    Masa Tenang

  • 17 April

    Pemungutan suara

  • 19 April-2 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil tingkat kecamatan

  • 22 April-7 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat kabupaten/kota

  • 23 April-9 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat provinsi

  • 25 April-22 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat nasional

  • 23-25 Mei 2019

    Pengajuan permohonan sengketa di Mahkamah Konstitusi

  • 26 Mei-8 Juni 2019

    Penyelesaian sengketa dan putusan

  • 9-15 Juni 2019

    Pelaksanaan putusan MK oleh KPU

  • Juli-September 2019

    Peresmian keanggotan DPRD Kabupaten/kota, DPRD Provinsi, DPR dan DPD

  • Agustus-Oktober 2019

    Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD Kabupaten/kota dan DPRD Provinsi

  • 1 Oktober 2019

    Pengucapan sumpah/janji anggota DPR

  • 20 Oktober 2019

    Sumpah janji pelantikan presiden dan wakil presiden