Uang Panai JAKARTA, KOMPAS.com -- Film Uang Panai yang merupakan karya putra daerah Sulawesi Selatan, berhasil menembus box office Indonesia dalam kurun waktu kurang dari dua pekan.
Film yang mengangkat budaya dan kearifan lokal daerah Sulawesi Selatan ini sukses menjaring hingga ratusan penonton hanya di wilayah Makassar dan Palu.
Menurut eksekutif produser Wachyudi Muchsin, kesuksesan film yang dirilis pada 25 Agustus lalu tersebut tak lepas dari kekuatan cerita yang memiliki keterikatan dengan para penonton.
"Alhamdulillah, film kami disambut oleh masyarakat Indonesia, khususnya warga Sulawesi Selatan. Sejak dirilis hingga sekarang sudah 300 ribu lebih penonton," kata Wachyudi melalui siaran pers, Rabu (7/9/2016).
Pencapaian film produksi 786 Production dan Makkita Cinema Production ini menjadi bukti bahwa film produksi daerah juga tak kalah berkualitas dan bisa disejajarkan dengan film nasional.
"Kami banyak melakukan persiapan sebelum shooting, karena kami terbebani sebagai film cap lokal. Yang mana image film lokal selalu dipadang sebelah mata. Tim dan kru ingin menjadikan Uang Panai sebagai karya kebangkitan film daerah. Kita maunya semua daerah membuat film dengan khasanah lokal, tapi tidak menghilangkan kualitas," terang Wachyudi.
Senada dengan Wachyudi, Corporate Secretary Cinema 21 Catherine Keng menyatakan hal yang sama.
Ia menyatakan dukungannya terhadap film-film daerah yang memiliki cerita bagus dan diproduksi secara baik.
"Uang Panai sekali lagi membuktikan film regional yang diproduksi dengan baik ditambah kedekatan emosional dan budaya daerah akan bisa menarik penonton yang di targetkan," ujar Catherine.
"Film bisa sukses saat cerita film itu memiliki ikatan emosional dengan penontonnya," tambahnya.
Uang Panai sampai saat ini masih tayang di 18 layar di bioskop Makassar dan Palu. Film karya Asril Sani dan Halim Gani Safia ini juga sempat disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta pada sabtu (3/9/2016) lalu.
Uang Panai berkisah tentang Anca (Ikram Noer) seorang pemuda Bugis-Makassar yang berjuang menyediakan "uang panai" (mahar) dalam jumlah cukup besar demi mempersunting kekasih idamannya.
Dikemas dalam genre drama komedi, film berdurasi 119 menit ini menyajikan cerita daerah menarik yang sebelumnya mungkin tidak banyak diketahui masyarakat umum.
