BORONG,KOMPAS.com - Kawasan Runus, Desa Langgasai, Kecamatan Elar Selatan, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), erat dengan berbagai cerita mistis di Bukit Tuwit.
Bukit yang dalam bahasa Manggarai Timurnya adalah golo, selalu disebutkan oleh orang Manggarai Timur.
Kawasan Bukit Tuwit merupakan kampung pertama di wilayah Elar Selatan dengan berbagai suku yang menempatkan perkampungan ini.
Kampung itu sekarang sudah tidak ada. Kini, jejak perkampungan adat tertua tersebut sudah ditanami berbagai tanaman, seperti pohon kopi dan bambu.
Baca juga: Menjelajahi Bukit Tuwit di Manggarai Timur NTT, Kawasan Penghasil Kopi
Namun, ada satu situs yang masih utuh dan menjadi tempat semedi, yakni adalah compang, mesbah Tuwit.
Batu bulat berbentuk meja bundar itu jadi tempat yang sangat sakral dengan berbagai pohon keramat yang dilarang dipegang. Bahkan masyarakat dilarang mengambil bambu kering.
Dikisahkan secara turun temurun bahwa penjaga utama bukit Tuwit itu dari Suku Ngujul. Dahulu kala ada rumah adat suku Ngujul di bukit Tuwit yang kini sudah dipindahkan ke Kampung Sembong.
Kampung Sembong, Desa Langgasai berada dibawah kaki Bukit Tuwit. Salah satu keanehan adalah terdapat sumber mata air di atas Bukit Tuwit.
Hal ini dijelaskan Tobias kepada Kompas.com, Sabtu (7/5/2022). Ia adalah penerus Suku Ngujul yang sudah diberikan kekuasaan oleh nenek moyang untuk menjaga Bukit Tuwit.
Baca juga: Teluk Nanga Lok di NTT Masuk 10 Besar Anugerah Pesona Indonesia 2022
"Sebelum saya bicara untuk menerangkan bukit keramat Tuwit, terlebih dahulu saya minta izin kepada leluhur dan orangtua agar mereka memberikan petunjuk untuk keterangan kepada pengunjung," kata dia.
Tobias menjelaskan sebagaimana diceritakan oleh nenek moyang secara turun temurun, Compang Sakral Tuwit dikelilingi kursi berbentuk batu bulat untuk tempat duduk saat ada rapat dari berbagai kedaluan, Hamente di wilayah Manggarai Raya.
Ada pula pertemuan dari berbagai suku yang berada di perkampungan tersebut pada masa silam.
Batu bulat berbentuk meja bundar sebagai tempat duduk dari pemimpin rapat. Di sebelahnya, ada batu berbentuk mesin ketik untuk diketik oleh juru tulis adat di zaman itu.
"Jadi zaman dulu, semua dalu di wilayah Manggarai Raya mengadakan pertemuan besar di perbukitan Tuwit dan tempatnya di compang keramat Tuwit," kata Tobias.
Baca juga: Ajaibnya Air Terjun Pangkadari di Manggarai NTT, Mirip Sungai di Inggris
Dalu adalah kepala wilayah dalam sebuah kawasan dibawah kekuasaan Raja Todo sebelum kemerdekaan dan masa penjajahan Belanda.
"Dalu memimpin wilayah kedaluan. Untuk diketahui bahwa di wilayah kerajaan Todo ada 32 wilayah kedaluan," imbuh Tobias.
Tobias menjelaskan, orangtuanya mewariskan cerita bahwa dibawah Compang Tuwit, tersimpan buku sakral nama-nama suku di NTT, bahkan Indonesia.
Di dalam buku itu, ditulis 4.343 suku di NTT dan Indonesia. Ada pula botol sakral yang bagian penutupnya terbuka. Di dalam botol ada jewawut, bahkan ada emas sakral. Semua itu tidak bisa diambil oleh siapa pun.
Bukit Tuwit bahkan dipercaya bisa memberi petunjuk bagi seseorang untuk bisa menjadi pemimpin dan sukses dalam karier.
Di sekeliling Bukit Tuwit, ada pohon yang dikeramatkan, seperti pohon Nao dan bambu Ndiwal.
Baca juga: Pendakian Gunung Ile Mauraja di Lembata NTT, Nikmati Dua Gunung dalam Satu Perjalanan
Tobias menjelaskan bahwa pernah ada orang dari Manggarai yang bermimpi datang ke Bukit Tuwit. Setelah datang langsung ke sana, ia lolos tes Calon Pegawai Negeri Sipil.