Dua Hal Ini yang Menentukan Kemenangan Capres di Jawa Barat

Selasa, 9 April 2019 | 11:52 WIB
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Debat itu mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

BANDUNG, KOMPAS.com – Pengamat politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf mengatakan, suara swing voters dan undecided voters akan menentukan kemenangan capres-cawapres di Jawa Barat.

Sebab jika melihat referensi yang ada, baik Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno memiliki kekuatan suara yang tidak jauh berbeda.

“Ada dua referensi. Pertama, berbagai survei yang dilakukan lembaga mainstream seperti LSI, Kompas, LIPI, memperlihatkan Jokowi-Ma’ruf Amin unggul,” ujar Asep saat dihubungi melalui telepon selular, Senin (8/4/2019) malam.

Kedua, gerakan di media sosial dan kampanye terbuka yang dilakukan Prabowo-Sandi menghadirkan massa yang secara kuantitatif luar biasa besar.

Baca juga: Kepada Pendukungnya, Prabowo Kenalkan Aher sebagai Gubernur Jawa Barat

Namun di balik kedua referensi tersebut, terdapat swing voters dan undecided voters yang jumlahnya berkisar 19 hingga 20 persen. Itu artinya, pasangan mana pun yang bisa menarik suara tersebut akan memenangkan pilpres.

“Kebanyakan pemilih yang belum memutuskan atau masih labil itu kalangan milenial karena belum dapat banyak informasi. Mereka ini yang menentukan keunggulan,” ucap Asep.

Namun jika melihat karakteristik pemilih Jabar, kemungkinan masih condong ke Prabowo, namun masih bisa dikejar oleh Jokowi.

Misalnya, perbandingan suara Jokowi-Prabowo 40-60 persen, maka tim Jokowi harus mengerahkan segala upaya untuk meraih gap suara tersebut.

Jika tidak, sebaiknya tim Jokowi fokus ke suara di Jateng, Jatim, Papua, Sulawesi Utara, NTT, NTB, dan kantung-kantung suara Jokowi lainnya untuk mengimbangi suara Jabar.

Hal serupa disampaikan Pengamat Komunikasi Politik Universitas Padjadajaran (Unpad), Suwandi Sumartias. Ia mengatakan, meski jumlah anggota NU banyak, namun mesin politik Prabowo di Jabar lebih solid.

“Terutama mesin politik PKS. Apalagi jika berkaca kepada Pilgub Jabar,” ungkapnya.

Namun ada kekuatan lain yang menentukan kemenangan para capres ini, yaitu suara swing voters yang besar. Untuk itu, kedua belah pihak kini tengah perang pengaruh, walaupun berpotensi melakukan kampanye hitam dan politik uang.

Politik identitas

Pengamat politik dari Unpad, Firman Manan melihat beberapa hal dalam perebutan suara di Jabar. Pertama, petahana menyuarakan keberhasilan program.

Jika hal tersebut mengundang persepsi positif publik, maka akan menguntungkan petahana. Apalagi petahana, di manapun di dunia ini, memiliki kekuatan lebih dibanding penantang.

Karenanya menjadi poin kedua, sejauh mana penantang memiliki program yang lebih baik dari petahana sehingga bisa memenangkan hati para pemilih. Jika tidak, suara akan tetap berada di petahana.

Ketiga, masyarakat Jawa Barat dikenal sebagai masyarakat religius sehingga bisa disentuh politik identitas dalam keagamaan. Jika strategi kampanye ini efektif, akan menjadi peluang untuk memenangkan suara di Jabar.

“Kalau diamati, Prabowo-Sandi gunakan strategi politik identitas. Apakah itu berhasil? Akan terlihat setelah pemilu nanti,” ucapnya.

Baca juga: Tiga Kartu Sakti Jokowi Jadi Konten Penting Kampanye di Jawa Barat

Namun yang perlu digarisbawahi, penggunaan politik identitas yang kebablasan akan berdampak buruk bagi demokrasi. Secara elektoral itu menguntungkan, tapi bagi demokrasi jadi masalah.

“Nantinya jadi isu-isu manipulatif, hoaks, sehingga harus dicermati,” katanya.

Agenda Pemilu 2019

  • 20 September 2018

    Penetapan dan pengumuman pasangan calon presiden-wakil presiden

  • 21 September 2018

    Penetapan nomor urut pasangan calon presiden-wakil presiden

  • 21-23 September 2018

    Pengumuman Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPD, DPR, dan DPRD provinsi

  • 24 September-5 Oktober 2018

    Penyelesaian sengketa dan putusan

  • 8-12 Oktober 2018

    Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negara

  • 23 September 2018-13 April 2019

    Kampanye pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga

  • 24 Maret 2019-13 April 2019

    Kampanye rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik

  • 28 Agustus 2018-17 April 2019

    Pengumuman Daftar Pemilih Tetap (DPT)

  • 14-16 April 2019

    Masa Tenang

  • 17 April

    Pemungutan suara

  • 19 April-2 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil tingkat kecamatan

  • 22 April-7 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat kabupaten/kota

  • 23 April-9 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat provinsi

  • 25 April-22 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat nasional

  • 23-25 Mei 2019

    Pengajuan permohonan sengketa di Mahkamah Konstitusi

  • 26 Mei-8 Juni 2019

    Penyelesaian sengketa dan putusan

  • 9-15 Juni 2019

    Pelaksanaan putusan MK oleh KPU

  • Juli-September 2019

    Peresmian keanggotan DPRD Kabupaten/kota, DPRD Provinsi, DPR dan DPD

  • Agustus-Oktober 2019

    Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD Kabupaten/kota dan DPRD Provinsi

  • 1 Oktober 2019

    Pengucapan sumpah/janji anggota DPR

  • 20 Oktober 2019

    Sumpah janji pelantikan presiden dan wakil presiden