Mitos Asal Usul Tradisi Guti Nale di Mingar Lembata

Senin, 11 Maret 2019 | 22:05 WIB
KOMPAS.com / NANSIANUS TARIS Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Rae Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri.

LEWOBATA, KOMPAS.com - Cerita tentang Guti Nale hingga hari ini adalah tuturan lisan yang diwariskan secara turun temurun. Guti Nale merupakan tradisi menangkap atau mengambil Nale (Nyale, bahasa Indonesianya), sejenis cacing laut.

Masyarakat Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata masih sangat menjaga kental dengan tradisi Guti Nale yang diwariskan nenek moyang mereka. Tradisi itu diwariskan secara turun temurun.

Menurut tua adat Atakabelen, Paulus Pati Kabelen, saat diwawancara Kompas.com menuturkan bahwa nale berasal dari Duli, laut di Alor tepatnya di Selat Merica. Adalah Srona dan Srani, dua pendatang yang membawa nale hingga ke kampung Mingar.

Kisahnya demikian; Belake dan Geroda, dua bersaudara dari Suku Ketupapa pergi melaut. Mereka juga mengajak Ama Belawa dari Suku Atakabelen untuk menyusul mereka sambil membawa tuak. Ketika sampai di pantai, keduanya melihat dua orang menerjang gelombang dan berenang ke arah pantai di mana mereka berdiri.

Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Ra e Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri. KOMPAS.com / NANSIANUS TARIS Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Ra e Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri.

Belake dan Geroda penasaran. Mereka langsung bertanya perihal asal dan apa tujuan dua orang asing tersebut menepi ke pantai. Dalam kelelahan dua orang asing tersebut memperkenalkan diri sebagai Srona dan Srani.

Masing-masing mereka membawa batu yang merupakan jelmaan istri mereka yakni Srupu dan Srepe. Dua istri ini berasal dari dunia lain, dunia gaib.

Asal mereka dari Duli. Mereka datang ke Mingar untuk mengikuti nale yang sudah lama meninggalkan kampung mereka. Kemudian,  Belake dan Geroda meminta Srona dan Srani agar bersembunyi di atas pohon pandan karena mereka masih hendak melaut. Keduanya pun menyanggupinya.

Tak lama, Ama Belawa datang membawa tuak bersama anjingnya. Rupanya penciuman anjing Ama Belawa mampu mengetahui persembunyian Srona dan Srani.

Keduanya pun keluar dari persembunyiannya dan turun dari pohon pandan. Ama Belawa dan dua orang asing tersebut menunggu Belake dan Geroda yang pergi mencari ikan. Belake dan Geroda pun muncul sambil membawa ikan dengan perahu kecil.

Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Rae Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri. KOMPAS.com / NANSIANUS TARIS Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Rae Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri.


Srona dan Srani diajak ke kampung, kemudian diperkenalkan kepada warga kampung. Mereka diterima dan menetap di Mingar. Kepada warga kampung, keduanya pun memperkenalkan tata cara mengambil nale dan ritual-ritual yang mendahuluinya.

Di Duang Waitobi inilah Srona dan Srani memasukkan dua batu yang mereka bawa dari Duli. Dua batu ini merupakan jelmaan dari istri mereka yakni Srupu dan Srepe.

Kedua batu ini dikenal dengan sebutan batu ikan nale. Srona dan Srani juga menunjukkan cara memberikan makan kepada kedua batu ini dan hanya diberi makan sebelum mengambil nale.

Saat meninggal, tengkorak kepala Srona dan Srani ditempatkan di lokasi yang disebut Duli Ulu (di bagian timur lapangan sepak bola Mingar). Tubuhnya, kata Paulus Pati Kabelen, dikuburkan di  Klete, dekat kampung adat Mingar.

Agenda Pemilu 2019

  • 20 September 2018

    Penetapan dan pengumuman pasangan calon presiden-wakil presiden

  • 21 September 2018

    Penetapan nomor urut pasangan calon presiden-wakil presiden

  • 21-23 September 2018

    Pengumuman Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPD, DPR, dan DPRD provinsi

  • 24 September-5 Oktober 2018

    Penyelesaian sengketa dan putusan

  • 8-12 Oktober 2018

    Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negara

  • 23 September 2018-13 April 2019

    Kampanye pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga

  • 24 Maret 2019-13 April 2019

    Kampanye rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik

  • 28 Agustus 2018-17 April 2019

    Pengumuman Daftar Pemilih Tetap (DPT)

  • 14-16 April 2019

    Masa Tenang

  • 17 April

    Pemungutan suara

  • 19 April-2 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil tingkat kecamatan

  • 22 April-7 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat kabupaten/kota

  • 23 April-9 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat provinsi

  • 25 April-22 Mei 2019

    Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat nasional

  • 23-25 Mei 2019

    Pengajuan permohonan sengketa di Mahkamah Konstitusi

  • 26 Mei-8 Juni 2019

    Penyelesaian sengketa dan putusan

  • 9-15 Juni 2019

    Pelaksanaan putusan MK oleh KPU

  • Juli-September 2019

    Peresmian keanggotan DPRD Kabupaten/kota, DPRD Provinsi, DPR dan DPD

  • Agustus-Oktober 2019

    Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD Kabupaten/kota dan DPRD Provinsi

  • 1 Oktober 2019

    Pengucapan sumpah/janji anggota DPR

  • 20 Oktober 2019

    Sumpah janji pelantikan presiden dan wakil presiden