JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno menilai, Partai Gerindra dan Prabowo Subianto merupakan simbol oposisi.
Maka dari itu, jika Gerindra memutuskan bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo, hal itu akan dianggap tak elok bagi para pendukung maupun kadernya yang memiliki sikap berbeda.
"Gerindra memang terbelah soal gabung atau tidak ke Jokowi. Melihat kecenderungannya, sepertinya kader-kader Gerindra tetap ingin di luar pemerintahan. Sebab, Gerindra dan Prabowo adalah simbol oposisi yang akan dianggap tidak elok jika melebur dengan penguasa," ujar Adi kepada Kompas.com, Senin (29/7/2019).
Baca juga: Gerindra, Simbol Oposisi yang Mulai Goyah
Hal itu dinilai Adi menyusul munculnya pro dan kontra terkait perbedaan pendapat soal arah politik di internal Gerindra pascapilpres 2019.
Menurutnya, terdapat keterbelahan sikap politik di tingkat elite Gerindra yang menginginkan partai tersebut tetap menjadi oposisi atapun bergabung dengan pemerintah.
Pihak yang mendukung oposisi dinilai Adi karena Gerindra memiliki keteguhan sebagai partai tandingan pemerintah.
"Karena memang DNA Gerindra sejak awal ya oposisi, model bisnisnya adalah lawan tanding pemerintah, bukan partner," imbuhnya kemudian.
Baca juga: Pertemuan Prabowo Megawati Buka Pintu Gerindra Masuk Pemerintahan Jokowi-Maruf
Jika Gerindra memutuskan bergabung dengan pemerintah, seperti diungkapkan Adi, keterbelahan sikap politik kader di internal partai bisa semakin runcing.
Tak hanya di tingkat elite, para pendukung setia Gerindra akan menilai bahwa pilpres merupakan dagelan politik saja.
"Pendukung yang kecewa akan menilai politik hanyalah bagi-bagi kekuasaan. Bahkan, dampaknya bisa berakibat pada elektabilitas partai, buktinya pertemuan Prabowo dan Jokowi saja sudah memancing banyak reaksi negatif pendukung Prabowo dan Gerindra," jelas Adi.
Baca juga: Rachmawati Soekarnoputri: Posisi Kita Sekarang Antitesis Pemerintah
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gerindra Rachmawati Soekarnoputri menyatakan sejak awal Gerindra merupakan antitesis dari pemerintahan Jokowi.
Pernyataan dari putri Presiden pertama RI Soekarno disampaikan saat dirinya bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Sabtu (27/7/2019) sore. Pertemuan digelar di kediaman Rachmawati, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Kita memosisikan diri kita sekarang ini, melihat sistem yang berlangsung, adalah antitesa (antitesis). Kan begitu. Dan itu yang harus kita bicarakan ke depan bagaimana untuk menyelesaikan persoalan yang sekarang ini menyelimuti kondisi kebangsaan kita," ujar Rachmawati usai pertemuan.